Langsung ke konten utama

About ''Organizational Citizenship Behavior (OCB)''

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku - perilaku dari pekerja yang melebihi apa yang sudah disyaratkan oleh peran formulanya serta tidak secara langsung dan eksplisit diakui oleh sistem kompensasi/reward yang resmi.

Jadi OCB itu merupakan perilaku atau tindakan  seseorang yang dilakukan dengan keinginannya sendiri dan sukarela, tanpa ada paksaan, tidak untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan organisasi.

Menurut Alison (2001) mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi primer dari OCB, yaitu :
1. Altruism, yaitu perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas - tugas yang berkaitan erat dengan operasional organisasi.
2. Civic Virtue, yaitu perilaku menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi - fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah
3. Consencientiousness, yaitu perilaku yang berisikan tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standar minimum.
4. Courtesy, yaitu perilaku berbuat baik kepada orang lain dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan.
5. Sportmanship, yaitu berisi tentang pantangan - pantangan membuat isu - isu yang merusak meskipun merasa jengkel.

OCB menimbulkan dampak positif bagi organisasi, seperti meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan kinerja kelompok, dan menurunkan tingkat turnover. Pentingnya OCB secara praktis adalah pada kemempuannya untuk memperbaiki efisinsi, efektivitas, dan kreativitas oraganisasi melalui kontribusinya dalam transformasi sumber daya, inovasi dan adaptasibilitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fraud Tree

Ada 3 (tiga) kategori utama dalam pohon fraud yaitu : 1.       Corruption Fraud (Korupsi) Biasanya dimotivasi oleh tekanan ekonomi. Namun, corruption fraud seringkali didorong oleh motif bisnis (ekonomi), seperti skema penyuapan untuk memperoleh akses pada pasar yang tidak dapat diakses pihak lain. Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara – negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang / konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah / ilegal (ilegal gratuities), dan pemasaran secara ekonomi (economic extortion)

THE EVOLUTION OF FRAUD THEORY

EVOLUSI TEORI FRAUD Pada perkembangannya faktor – faktor pendorong adanya fraud semakin berkembang, pada awalnya hanya 3 faktor yang mendorong adanya fraud, 3 faktor tersebut dinamakan teori fraud triangle , namun akhirnya banyak faktor – faktor lain yang muncul. Pada akhirnya teori fraud tersebut juga berkembang. Berikut evolusi dari teori fraud : 1.       Teori Fraud Triangle Teori Fraud Triangle ini di kemukakan oleh Donald Cressey pada tahun 1953. Namun konsep  fraud triangle  pertama kali diperkenalkan dalam SAS No. 99 yaitu standar audit di Amerika Serikat yang terdiri dari: tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. ·          Tekanan ( Pressure ) Tekanan adalah suatu bentuk dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan  fraud , contohnya utang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya  fraud  adalah kebutuhan atau masalah finansial. Namun, banyak juga yang terdorong oleh karena keserakahan.

IT CONTROL (PENGENDALIAN KOMPUTER)

IT CONTROL adalah hal yang penting. Pengendalian ini, yang secara khusus berhubungan dengan lingkungan IT dan audit TI, terbagi ke dalam dua kelompok umum : Pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. ·          Pengendalian Umum (general control) berkaitan dengan perhatian pada keseluruhan perusahaan, seperti pengendalian atas pusat data, basis data perusahaan, pengembangan sistem, dan pemeliharan program. Pengendalian umum pada perusahaan dilakukan terhadap aspek fiskal maupun logikal. Aspek fiskal dilakukan terhadap asset-asset fisik perusahaan, sedangkan aspek logikal terhadap sistem informasi di manajemen. ·          Pengendalian aplikasi (application control) memastikan integritas sistem tertentu seperti aplikasi pemrosesan pesanan penjualan, utang usaha, dan aplikasi penggajian.   Pengendalian aplikasi berkaitan dengan system akuntansi dan elemen prosedur-prosedur pengendalian dalam struktur pengendalian intern EDP. Pengendalian ini dirancang untuk menghasilkan kepastia